[REVIEW BUKU] PULANG - Leila S. Chudori by Lizandira

 

Judul buku: PULANG

Penulis: Leila S. Chudori

Genre: Fiksi Sejarah, Fiksi Politik

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Tebal buku: 454 halaman

Tahun terbit: Desember 2012 (Cetakan Pertama)

ISBN: 978-602-424-275-6

 

Gambar Buku PULANG

 

PULANG adalah novel kedua yang saya baca dari penulis Leila S. Chudori. Di awal – awal membaca buku ini, saya kesulitan untuk melanjutkannya. Tema politik di Indonesia yang diambil oleh penulis memberikan saya begitu banyak gambaran bagaimana keadaan Indonesia pada waktu itu. Dikarenakan belum terbiasa dengan tema politik dan sejarah, makanya berkali – kali bagi saya memberikan jeda untuk membaca buku ini.

            Bicara mengenai tokoh – tokoh di dalamnya, saya sangat menyukai rincian karakter serta bagaimana setiap tokoh menanggapi sesuatu. Apabila ditanya siapa tokoh favorit saya di buku PULANG, saya tidak dapat menjawab hanya satu tokoh. Sekitar tiga tokoh yang saya senangi, yaitu Vivienne Deveraux istri Dimas, Segara Alam, dan Aji Suryo. Vivienne yang penyabar dan tegas dalam mengambil keputusan di hidupnya, Alam yang karismatik, tangguh, dan pandai dalam menghadapi suatu kesulitan, dan sosok Aji Suryo yang penuh tanggung jawab entah bagi hidupnya sendiri ataupun orang terdekatnya.

 

“Aku rasa persahabatannya sungguh ketat dengan kawan – kawannya. Kesetiaannya tak tertandingi. Tetapi, Dimas tetap berbeda dari sekawanan burung – burung itu. Jika yang lain bisa mencoba beradaptasi dan membangun rumah di benua lain, ruh Dimas tetap pada sarang tempat dia lahir dan tumbuh. Berbeda dengan burung camar umumnya, Dimas adalah burung camar yang senantiasa ingin kembali ke tanah kelahirannya; bukan kepada keluarga yang dibentuknya di benua seberang.”-Vivienne hlm 205.

 

            Kutipan dari seorang Vivienne yang menurut saya begitu dalam artinya. Tentang sebuah kesadaran dan pemahaman bahwa selamanya, Paris bukanlah tempat pulang bagi seorang Dimas.

            Semakin jauh halaman yang saya baca, semakin besar keinginan saya untuk menggali kisah di buku ini. Saya pun tersadar, bahwa begitu bagus detail yang disampaikan penulis pada setiap kejadian yang ada di dalam buku ini. Tahapan dari keadaan zaman dahulu hingga ke zaman modern, bagi saya proses perpindahannya terasa begitu hangat. Keterkaitan setiap masa lalu dengan masa sekarang membuat saya selaku pembaca merasa terharu dan sedih. Karena menyadarkan saya bahwa sejarah yang menyakitkan, akan tetap menjadi kisah yang bermakna bagi seseorang—bahkan untuk melanjutkan hidupnya. Meski dalam keadaan tidak bisa PULANG, harapan yang besar karena rasa sakit yang pernah terjadi mampu membuat seseorang bertahan hingga akhir hayatnya.

            Di akhir review buku ini, saya akan mengutip kalimat yang bagi saya sangat berarti. Kalimat yang tertuju kepada siapa pun yang kesulitan menemukan pilihan dan keyakinan hatinya. Kalimat yang tertuju kepada siapa pun yang harus menyudahi kebimbangan tak berkesudahan. Karena hidup tanpa pilihan dan tanpa menetap pada pilihan itu hanya akan menghancurkan banyak hal, termasuk keutuhan rumah tangga.

 

“Ayah tak ingin kau menjadi seseorang yang tak bisa memilih sepertiku. Ayah terpesona oleh banyak hal, mengelana ke berbagai macam pemikiran tanpa punya keyakinan yang tetap. Aku hanya yakin pada diri sendiri, bahwa keinginanku hanya terus-menerus berlayar. Atau menggunakan bahasa Maman, aku terbang seperti burung camar tanpa hinggap. Akibatnya, nasib yang memilihku. Bukan aku yang menentukan nasib.”- Dimas S. hlm 446.

 

R A T E: 10 DARI 10

 

Comments

Popular posts from this blog

[REVIEW BUKU] Norwegian Wood - Haruki Murakami by Lizandira

[REVIEW BUKU] Aroma Karsa - Dee Lestari by Lizandira