[REVIEW BUKU] Norwegian Wood - Haruki Murakami by Lizandira

Judul buku: Norwegian Wood

Penulis : Haruki Murakami

Genre: Roman, Fiksi Sastra, Bildungsroman

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Tebal buku: 426 halaman

Tahun terbit: Juli 2005 (Cetakan Pertama)

Bahasa Indonesia: 978-602-424-835-2


Buku Norwegian Wood, sumber Lizandira

Buku pertama dari Haruki Murakami yang saya baca. Ada beberapa kalimat yang diambil dari sudut pandang Toru Watanabe pada halaman awal buku ini. Saat saya membaca pertama kali, rasa sedih itu masih belum bisa saya rasakan. Namun, ketika saya menamatkan buku ini, kemudian membaca ulang beberapa halaman awal, hati saya tersentuh dan ikut merasa patah. Seperti ada kesedihan tak terhingga yang dirasakan oleh Toru Watanabe.

            Selama membaca buku ini, saya mengalami banyak reading slump. Jika boleh jujur, saya mulai membaca di tahun 2023 akhir, dan baru berhasil menamakan buku ini pada Agustus 2024. Semakin jauh membaca, semakin menguras energi saya. Karena menuju pertengahan hingga akhir, begitu banyak sikap dan perilaku beberapa tokoh yang membuat saya sangat speechless. Penulis berhasil mengobrak - abrik emosi pembacanya, dan masing – masing tokoh di dalam buku memiliki keunikannya tersendiri. Jika ditanya siapa tokoh kesukaan saya, saya akan memilih yang paling normal dari semuanya, yaitu Hatsumi-san dan Midori.

 

“Di sini adakah orang yang tak pernah bimbang dan terluka? Atau kamu tak pernah merasa bimbang dan terluka, begitu? ”- Hatsumi - hlm 307.

 

            Bagian di mana saya menyukai ketegasan Hatsumi dalam menanggapi apa yang dilakukan oleh Watanabe dan Nagasawa.

            Alur pada buku ini maju-mundur, dan setiap perpindahannya sering membuat saya terkesan. Walau lumayan memakan emosi, tapi makna yang ingin disampaikan penulis dari apa yang dialami tokoh di dalamnya bisa tersampaikan dengan baik. Menurut saya buku ini topiknya padat, karena perpaduan antara seks bebas, nafsu, keluarga, persahabatan, cinta yang rumit, juga lingkungan tempat tinggal yang tidak biasa membuatnya jadi campur aduk dan penulis mampu memadukan semua pembahasan itu dengan baik.

 

“Ingatan merupakan sesuatu yang aneh. Ketika aku benar – benar ada di sana, aku hampir tidak memperhatikannya. Aku tidak merasa pemandangan itu mengesankan. Aku memikirkan diriku sendiri, memikirkan gadis cantik yang sedang berjalan berdampingan denganku, memikirkan aku dan dia, lalu kembali memikirkan diriku sendiri. Namun sekarang yang pertama – tama muncul di benakku adalah pemandangan di padang rumput itu. Bau rerumputan, angin yang menyejukkan, lekukan gunung, lolongan anjing, begitu jelas. Saya merasa seolah-olah akan meraba semua itu satu per satu. Tetapi dalam pemandangan itu tak terlihat sesosok manusia. Tak ada siapa pun. Tak ada Naoko, tak ada pula aku. Ke mana gerangan kami menghilang, pikirku. Semua yang terlihat penting pada saat itu, dia, aku, dan duniaku, ke mana semua perginya?” - Watanabe - hlm 3.

 

Adalah kalimat di halaman awal yang saya baca lagi setelah menamatkan bukunya. Kalimat yang membuat saya merasa sedih dan patah tak jelas. Kalimat yang menyentuh hati saya dan ikut merasa sakit atas kehilangan yang dialami Watanabe—walaupun ada beberapa sikapnya yang tidak saya sukai.

Buku ini sebaiknya dibaca untuk kalangan dewasa 17+ karena lumayan banyak adegan dewasanya. Dan juga pastikan bahwa kita berada dalam kondisi baik dan stabil, karena lumayan menguras energi, apalagi dari pertengahan halaman menuju akhir.

           

 NILAI: 8,5 dari 10

 

Comments

Popular posts from this blog

[REVIEW BUKU] PULANG - Leila S. Chudori by Lizandira

[REVIEW BUKU] Aroma Karsa - Dee Lestari by Lizandira