Young Adult ; Represi - Fakhrisina Amalia Review by LIZANDIRA
Halo, kalian lagi tertarik baca novel tentang mental illness? Nah, kali ini saya akan review salah satu novel yang membahas hal tersebut!
Judul
buku : Represi
Penulis
: Fakhrisina Amalia
Genre
: Young Adult
Tahun
terbit : 2018
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Tebal
buku : 257 halaman
ISBN : 9786020611945
Represi merupakan novel kelima dari Fakhrisina Amalia. Asal mula saya tertarik membaca buku ini, ketika kakak-kakak di grup kepenulisan yang saya ikuti membahas novel rekomendasi tentang mental illness. Karena banyak yang merekomendasikan Represi, maka saya pun memasukkan buku tersebut ke list bacaan. Awalnya saya selalu dapat antrian saat menunggu di Ipusnas, lalu barusan bulan ini saya berminat membaca di Gramedia Digital. Makanya berhasil membaca buku tersebut. Dan karena ceritanya yang menarik, akhirnya saya putuskan untuk membuat review buku young adult Represi.
Saat
membaca halaman awal, minat saya untuk melanjutkan sudah mulai muncul. Saat
sang psikolog, atau tepatnya Nabila mengajak Anna berbincang, saya sangat
menyukai setiap kalimat yang dilontarkannya. Rasanya seperti penuh dengan
pemahaman—tanpa menghakimi lawan bicara. Ditambah, setiap pertemuan atau konsultasi,
cara Nabila mengundang keterbukaan Anna untuk bercerita sering membuat saya
kagum.
Selain
tentang Anna yang harus dibawa ke psikolog, saya juga menyukai saat-saat di
mana ia berkumpul dengan sahabatnya. Meski sempat mengalami hubungan yang
renggang, kehadiran mereka semua untuk Anna sangatlah mengesankan. Membuat saya
menyadari, bahwa sahabat memang benar adanya.
Lalu
cara penulis menyampaikan rasa ketidakberhargaan Anna cukup menyentuh. Sebagai
sosok yang selalu diminta untuk kuat—jangan menangis atas alasan apa pun,
membuat sosok itu menjadi rapuh dan hancur secara perlahan. Semua yang dikubur
di dalam dirinya, segala hal menyakitkan yang dipendam telah menjadi boomerang untuknya. Telah menjadi racun
mematikan yang siap melahapnya kapan saja. Dan di saat Anna bertemu dengan
Nabila, semua itu pun perlahan memudar.
“Kadang-kadang manusia lebih senang bersikap
rapuh dan kalah berlarut-larut dari keadaan daripada berusaha mengeluarkan
kekuatannya sendiri. Kita semua pernah begitu, tapi ketahuilah kita akan selalu
punya pilihan untuk menemukan kekuatan kita atau bersikap seperti orang yang
paling malang sedunia.”—Nabila
hlm 237-238.
Itu
merupakan salah satu kutipan yang membuat saya semakin menyukai tokoh Nabila. Selain
itu, saya juga menyukai tokoh Saka. Tidak ada kutipan khusus untuknya, hanya
saja sifat dewasa dan penuh tanggung jawab yang dimiliki Saka-lah membuat saya
merasa kagum dengannya. Seperti melihat sosok lelaki yang bijaksana, tanpa mau
egois kepada orang lain.
Alur
campuran yang diciptakan penulis tidak membuat saya bingung, rasanya cara tokoh
bercerita tentang masa lalunya sering membuat saya merasa tersentuh sekaligus
kagum. Kagum karena betapa hebatnya Anna bisa bertahan sampai detik itu.
Meskipun keinginan menyakiti diri sendiri selalu bergentayangan di pikirannya,
saya tetap menganggap ia adalah orang yang hebat. Karena sudah sanggup memendam
lukanya sendirian—bahkan sampai belasan tahun.
Dan
untuk rekomendasi usia, sepertinya novel ini cocok untuk remaja sekolahan, dan
anak kuliahan. Oh iya, sebenarnya topik yang dibahas penulis agak rawan, tetapi
penulis berhasil membuatnya menjadi cerita yang penuh pembelajaran—tanpa
membuat orang-orang ke-trigger. Itu
menjadi sedikit patokan untuk saya ke depannya, saat ingin membuat cerita
bergenre ini.
Mungkin
sekian review novel young adult dari saya, atas segala
kekurangannya mohon maaf. Terima kasih untuk yang sudah membaca, semoga
tertarik dengan buku ini.
R A T E : 8,7 dari 10
link gambar
Comments
Post a Comment