[REVIEW BUKU] NONVERSATION - VALERIE PATKAR by LIZANDIRA
Kali
ini saya akan review buku romance dari Valerie Patkar. Apakah Anda
tertarik untuk membaca buku-bukunya?
Judul buku : Nonversation
Penulis : Valerie
Patkar
Penerbit : Bhuana
Sastra
Genre : Romance
Tahun terbit : 2019
Tebal buku : 339
halaman
ISBN : 978-602-483-293-3
Nonversation adalah karya kedua dari Valerie Patkar. Asal mula saya tertarik dengan novel ini saat membaca rekomendasi di salah satu blog. Awalnya saya ragu untuk melanjutkan, tetapi semakin bertambah halaman yang saya baca, entah kenapa membuat saya semakin gencar untuk segera menamatkannya.
Sudut
pandang orang pertama yang digunakan penulis membuat saya mudah untuk mengenali
sifat-sifat setiap tokoh. Lalu bahasa yang digunakan pun sangat ringan, tapi
bukan berarti isi ceritanya juga ringan. Di sini ada beberapa pelajaran yang
bisa saya ambil, salah satunya jangan suka membohongi perasaan sendiri. Karena penyesalan
itu amatlah menyakitkan.
Di
novel ini, saya sangat menyukai Theala. Cara dia mengatasi rasa sedihnya,
menutupi kehancurannya, itu cukup mengesankan. Ditambah, dia adalah orang yang
sangat pengertian. Mampu meluluhkan kemarahan dengan kesabarannya.
“Tahu kenapa lo nggak bisa punya
rasa sama sahabat sendiri? Karena dia yang terbiasa mengangkat lo ketika lo
jatuh untuk orang lain. Jadi, kalau sampai lo jatuh untuk dia … nggak akan ada lagi
yang bisa mengangkat lo.”—Theala, hlm 78-79.
“Sepertinya
itu bukti kalau di dunia ini nggak ada orang yang mau nunggu. Menunggu itu
lebih berat dari merindu karena merindu cuma tentang rasa, nggak ada harap atau
doa untuk menanti sebuah pertemuan seperti menunggu.”—Theala,
hlm 131.
Kutipan-kutipan
di atas adalah kalimat dari Theala yang berhasil membuat saya menyukainya. Bisa
dilihat, kan, bagaimana karakter dari Theala sendiri. Dan juga, penulis sering
menyempilkan kalimat-kalimat cantik di dalam hati tokoh-tokohnya. Sudut pandang
orang pertama yang digunakan membuat itu semua menjadi semakin terasa, sehingga
pembaca tidak seperti digurui, melainkan seperti mendengar curahan seseorang.
Selain
itu, ada bagian lain yang saya suka dari buku ini, yaitu saat perpindahan BAB.
Judulnya terlihat unik. Misal judul aslinya Miracle and Reality. Namun, penulis
akan membuatnya jadi singkatan, Mirality. Nah, ini membuatnya menjadi menarik. Penulis
pandai memikat perhatian pembacanya.
“Mungkin kita bersama. Mungkin juga
kita berpisah. Mungkin dari segala mungkin memang mungkin. Hanya saja, mungkin
tidak pasti. Dan hidup dengan yang tidak pasti membuatku jadi berhati-hati.”—BAB
12, Mine and His.
Untuk
remaja-remaja seperti saya cocok membaca buku ini. Kisah percintaan di dalamnya
terasa menyentuh, disebabkan adanya ketulusan dari beberapa tokoh. Dan ketulusan
itu berhasil tersampaikan ke saya, selaku pembacanya.
Sebelum saya mengakhiri review kali ini, saya mau berterus terang kalau buku ini berhasil membuat saya menangis. Tentang perpisahan dua orang yang saling membutuhkan dan menyayangi, dan tentang kebersamaan yang hanya mampu disimpan di dalam diri--tanpa bisa mengutarakan rasa bahagia yang dirasakan. Bukan karena pengecut, tetapi karena sepertinya waktu memang menginginkan perasaan itu disimpan saja, agar tak ada yang terluka. Namun, nyatanya, semakin disimpan justru semakin melukai keduanya. Perbedaan luka yang didapat hanya terletak pada pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikiran, apakah dia memiliki rasa yang sama? Ataukah sebaliknya? Dan penyesalan yang dirasakan Dirga, selaku sahabat Theala-lah yang membuat saya menangisi perpisahan mereka.
Mungkin
sampai di sini saja review dari saya.
Sekian dan terima kasih.
RATE : 8 dari 10
Comments
Post a Comment